Nama :
Sabar Dwi Prayogo
Kelas : 3SA01
NPM :
16611533
Gunung Ceremai (seringkali secara salah kaprah dinamakan "Ciremai")
secara administratif termasuk dalam wilayah tiga kabupaten, yakni Kabupaten
Cirebon, Kabupaten Kuningan dan Kabupaten Majalengka, Provinsi Jawa Barat.
Posisi geografis puncaknya
terletak pada 6° 53' 30" LS dan 108° 24' 00" BT, dengan ketinggian
3.078 m di atas permukaan laut.
Gunung ini merupakan gunung tertinggi di Jawa Barat.
Untuk
menuju puncak Ciremei terdapat tiga jalur yang dapat ditempuh yakni jalur
Majalengka, jalur Palutungan dan, jalur Linggarjati. Saya akan menjelaskan
melalui jalur Linggarjati, jalur yang saya tempuh untuk mencapai puncak.
Jalur Linggarjati Desa Linggarjati 14 km dari kota Kuningan atau 24 km dari kota Cirebon. Dari Jakarta dapat ditempuh menggunakan bus jurusan Kuningan biasanya bus yang menuju Desa Linggarjati adalah Laragung Jaya atau Setia Negara yang bisa di naiki dari terminal Kampung Rambutan atau Pulo Gadung. Dari pertigaan Linggarjati kita bisa menyewa angkutan umum atau berjalan kaki untuk mencapai pos pertama. Siapkan bekal Anda terutama air karena susah sekali memperoleh air selama di perjalanan. Para pendaki dapat menggunakan jasa penduduk atau petugas penjaga pos untuk membimbing perjalanan mereka ke puncak. Jalur menuju puncak sangat jelas dan banyak tanda-tanda penunjuk jalan, sehingga pendaki yang baru pertama kalipun tidak akan tersesat.
Selepas
dari Pos Pendaftaran dengan melintasi jalanan beraspal danmenanjak kalian
memasuki kawasan hutan Pinus dan persawahan hingga Cibunar yang berada di
ketinggian 750 mdpl. Di pos Cibunar ini adalah satu-satunya pos yang memiliki
mata air, dan selanjutnya tidak aka nada mata air lagi sampai ke puncak.
Selepas Cibunar lintasan akan melewati ladang penduduk dan kawasan hutan pinus
hingga memasuki Leuwing Datar di ketinggian 1.285 mdpl. Leuwing Datar terletak
di tengah-tengah hutan tropis. Selepas daerah ini lintasan mulai menanjak dan
melewati area yang cukup datar sebagai camp yakni Sigedang dan Condang Amis
(1.350mdpl). Untuk sampai di Kuburan Kuda diperlukan waktu sekitar 2 jam
perjalanan. Blok Kuburan Kuda berada pada ketinggian 1.580 mdpl, merupakan
lapangan datar yang cukup luas dan cukup teduh sebagai tempat perkemahan. Selepas
Kuburan Kuda, jalur semakin curam dan kita akan sampai di Pengalap (1.790
mdpl), dan semakin menanjak lagi ketika melewati Tanjakan Seruni. Tanjakan
Seruni (2.080 mdpl) ini adalah jalur yang terberat dan melelahkan dibanding
yang lainnya, percayalah kalian akan terus berpegangan pada pohon atau akar
pohon dikarenakan jalurnya yang curam. Belum lagi bila hujan turun, jalur ini
akan menjadi lintasan aliran air hujan seperti air terjun. Begitu juga dengan
jalur berikutnya hingga sampai di Tanjakan Bapak Tere (2.200 mdpl) Selepas
Tanjakan Bapatere lintasan tetap menanjak hingga sampai di Batu Lingga dengan
waktu tempu sekitar 2,5 jam. Batu Lingga (2.400 mdpl) merupakan pos
peristirahatan yang berupa tanah datar dan terdapat sebuah batu berukuran besar
dahulunya tempat Wali songo bersolat dan berkotbah, namun ketika saya sampai
batu tersebut tiodak ada, mungkin sudah dipindahkan dengan sengaja. Meninggalkan
kawasan Batu Lingga lintasan tetap menanjak. Di tengah perjalanan pendaki akan
menemui dua pos peristirahatan berupa tanah datar yakni Sangga Buana Bawah
(2.545 mdpl) dan Sangga Buana Atas (2.665 mdpl). Selepas itu pendaki akan
memasuki batas vegetasi antara hutan dengan daerah terbuka. Untuk sampai di
Pangasinan. Pangasinan berada pada ketinggian (2.860 mdpl) merupakan pos
terakhir. tempatnya lebar sehingga cukup untuk membuka belasan tenda, meskipun
lokasinya agak berbukit-bukit, perjalanan menuju pos pengasinan juga lumayan
berat, anda akan berpijak pada batu dan menghadapi debu dari tanah yang tertiup
angin sehingga saya sarankan untuk memakai masker. Diperlukan waktu sekitar 1
jam untuk merangkak melewati bebatuan cadas untuk sampai di puncak. Di puncak
pendaki bisa memandang melihat kota Cirebon dan laut Jawa, kapal-kapal besar
nampak dikejauhan. Kearah Timur tampak gunung Slamet dengan puncaknya yang
tertutup awan. Sayangnya ketika saya sampai di puncak, pemandangan kota Cirebon
tertutupi awan sehingga sejauh mata memandang hanya ada lautan awan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar