Selasa, 27 November 2012

Manusia Sebagai Makhluk Sosial dan Budaya


Pendahuluan
Hakekat Manusia sebagai Makhluk Sosial
Menurut kodratnya manusia adalah makhluk sosial atau makhluk bermasyarakat, selain itu juga diberikan yang berupa akal dan pikiran yang berkembang serta dapat dikembangkan. Dalam hubungannya dengan manusia sebagai makhluk sosial, manusia selalu hidup bersama dengan manusia lainnya. Dorongan masyarakat yang dibina sejak lahir akan selalu menampakkan dirinya dalam berbagai bentuk, karena itu dengan sendirinya manusia akan selalu bermasyarakat dalam kehidupannya.
Tanpa bantuan manusia lainnya, manusia tidak mungkin bisa berjalan dengan tegak. Dengan bantuan orang lain, manusia bisa menggunakan tangan, bisa berkomunikasi atau bicara, dan bisa mengembangkan seluruh potensi kemanusiaannya.
Manusia dikatakan makhluk sosial karena :
  1. Manusia tunduk pada aturan, norma sosial.
  2. Perilaku manusia mengharapkan suatu penilaian dari orang lain.
  3. Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain.
  4. Potensi manusia akan berkembang bila manusia hidup ditengah-tengah manusia.
Hakekat Manusia sebagai Makhluk Budaya
Manusia sebagai makhluk berbudaya tidak lain adalah makhluk yang senantiasa mendayagunakan akal budinya untuk menciptakan kebahagiaan. Karena yang membahagiakan hidup manusia itu hakekatnya adalah sesuatu yang baik, benar, dan adil, maka hanya  manusia yang selalu berusaha menciptakan kebaikan, kebenaran, dan keadilan sajalah yang berhak menyandang gelar “Manusia Berbudaya”.
  1. Kebudayaan itu hanya dimiliki oleh umat manusia.
  2. Kebudayaan itu tidak diturunkan secara biologis melainkan diperoleh melalui proses belajar.
  3. kebudayaan itu didapat, didukung dan diteruskan oleh manusia sebagai anggota masyarakat.

Rumusan masalah:
1.      Mengapa Manusia disebut sebagai makhluk sosial dan makhluk yang berbudaya?
2.      Apakah definisi manusia sebagai makhluk sosial dan budaya?
3.      Bagaimanakah perwujudan masyarakat Indonesia sebagai makhluk sosial yang berbudaya

Pembahasan
Manusia sebagai makhluk sosial dan makhluk yang berbudaya
  1. Manusia sebagai makhluk individu berupaya merealisasikan segenap potensi dirinya, baik potensi jasmani maupun potensi rohani serta potensi lainnya.
  2. Manusia sebagai makhluk sosial memiliki implikasi-implikasi :
  • Kesadarann akan ketidakberdayaan manusia bila seorang diri.
  • Kesadaran untuk senantiasa dan harus berinteraksi dengan orang lain.
  • Penghargaan akan hak-hak orang lain.
  • Ketaatan terhadap norma-norma yang berlaku.
Sebagai makhluk individu ataupun makhluk sosial hendaknya manusia memiliki kepribadian. Yang dimaksud dengan kepribadian adalah susunan unsur-unsur akal dan jiwa yang dibangun oleh perasaan, pengetahuan, dan dorongan.
Manusia Sebagai makhluk sosial
Manusia sejak awal kelahirannya adalah sebagai makhluk sosial (ditengah keluarganya). Makhluk yang tidak dapat berdiri sendiri tanpa bantuan orang lain. Manusia memerlukan mitra untuk mengembangkan kehidupan yang layak bagi kemanusiaan. Sebagai individu, manusia dituntut untuk dapat mengenal serta memahami tanggung jawabnya bagi dirinya sendiri, masyarakat dan kepada Sang Pencipta.
Meskipun banyak spesies berprinsip  manusia sebagai makhluk sosial akan membentuk kelompok berdasarkan ikatan / pertalian genetik, perlindungan-diri, atau membagi pengumpulan makanan dan penyalurannya, manusia dibedakan dengan rupa-rupa dan kemajemukan dari  yang mereka bentuk entah untuk kelangsungan hidup individu atau kelompok dan untuk pengabadian dan perkembangan, serta  identitas kelompok, penerimaan dan dukungan dapat mendesak pengaruh kuat pada tingkah laku individu, tetapi manusia juga unik dalam kemampuannya untuk membentuk dan beradaptasi ke kelompok baru.
Manusia sebagai makhluk sosial artinya manusia sebagai warga masyarakat. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat hidup sendiri atau mencukupi kebutuhan sendiri. Meskipun dia mempunyai kedudukan dan kekayaan, dia selalu membutuhkan manusia lain. Setiap manusia cenderung untuk berkomunikasi, berinteraksi, dan bersosialisasi dengan manusia lainnya. Dapat dikatakan bahwa sejak lahir, dia sudah disebut sebagai makhluk sosial.

Manusia Sebagai Makhluk Budaya
Secara bahasa manusia berasal dari kata “manu” (Sansekerta), “mens” (Latin), yang berarti berpikir, berakal budi atau makhluk yang berakal budi (mampu menguasai makhluk lain). Secara istilah manusia dapat diartikan sebuah konsep atau sebuah fakta, sebuah gagasan atau realitas, sebuah kelompok (genus) atau seorang individu.
Budaya atau kebudayaan dalam Bahasa Belanda di istilahkan dengan kata culturur. Dalam bahasa Inggris culture. Sedangkan dalam bahasa Latin dari kata colera.      Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni.

Berikut ini adalah beberapa pengertian budaya berdasarkan para ahli:
E.B. Taylor: 1871 berpendapat bahwa budaya adalah: Suatu keseluruhan kompleks yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, seni, kesusilaan, hukum, adat istiadat, serta kesanggupan dan kebiasaan lainnya yang dipelajari manusia sebagai anggota masyarakat.
Koentjaraningrat: 1979 yang mengartikan budaya dengan: Keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.
Kebudayaan adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.
 Manusia sebagai Makhluk Berbudaya berarti manusia adalah makhluk yang memiliki kelebihan dari makhluk – makhluk lain yang diciptakan di muka bumi ini yaitu manusia memiliki akal yang dapat dipergunakan untuk menghasilkan ide dan gagasan yang selalu berkembang seiring dengan berjalannya waktu. Oleh karena itu manusia harus menguasai segala sesuatu yang berhubungan dengan kepemimpinannya di muka bumi disamping tanggung jawab dan etika moral harus dimiliki, menciptakan nilai kebaikan, kebenaran, keadilan dan tanggung jawab agar bermakna bagi kemanusiaan. Selain itu manusia juga harus mendayagunakan akal budi untuk menciptakan kebahagiaan bagi semua makhluk Tuhan di muka bumi ini.

Definisi Manusia Sebagai Makhluk Sosial dan Budaya
Manusia sebagai makhluk budaya yang berkemampuan menciptakan kebaikan, kebenaran, keadilan dan bertanggung jawab.Sebagai makhluk berbudaya, manusia mendayagunakan akal budinya untuk menciptakan kebahagiaan, baik bagi dirinya maupun bagi masyarakat demi kesempurnaan hidupnya.
KONSEP-KONSEP BUDAYA DASAR

Manusia dan Keadilan
Keadilan merupakan salah satu modal dasar bagi kehidupan terartur manusia. Keadilan mengacu suatu tindakan baik bagi kehidupan yang mesti dilakukan oleh setiap manusia.
Manusia dan Penderitaan
Penderitaan adalah rasa tidak menyenangkan yang setiap orang secara kemanusiaan ingin menghindarinya. Ini melengkapi ciri paradoksal yang menandai eksistensi manusia di dunia.
Manusia dan Cinta Kasih
Cinta kasih adalah perasaan suka kepada seseorang yang disertai dengan belas kasih dan kemesraan. Cinta merupakan sikap dasar ideal yang memungkinkan dimensi sosial manusia menemukan bentuknya yang khas manusiawi.
Manusia dan Tangung Jawab
Tanggung jawab adalah kewajiban melakukan keharusan tugas tertentu. Dasar tanggung jawab adalah hakekat keberadaan manusia sebagai mahluk yang mau menjadi baik dan memeperoleh kebahagiaan.
Manusia dan Pengabdian
Pengabdian diartikan sebagai perihal perilaku berbakti atau meperhamba diri kepada tugas yang (dianggap) mulia.
Manusia dan Pandangan Hidup
Pandangan hidup berkenan dengan eksistensi manusia di dunia dalam hubungannya dengan Tuhan, dengan sesama dan dengan alam tempat kita berdiam.
Manusia dan Keindahan
Eksistensi manusia di dunia diliputi oleh keindahan. Manusia tidak hanya penerima pasif tetapi juga pencipta keindahan bagi kehidupan.
Manusia dan Kegelisahan
Kegelisahan adalah merupakan gambaran keadaan seseorang yang tidak tentram (hati maupun perbuatannya), rasa khawatir, tidak tenang dalam tingkah laku. Kegelisahan adalah salah satu ekspresi kecemasan.
Secara kodrati, manusia merupakan makhluk monodualistis, artinya selain sebagai makhluk individu, manusia juga berperan sebagai makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial, manusia dituntut untuk mampu bekerjasama dengan orang lain sehingga tercipta sebuah kehidupan yang damail.

Berikut ini adalah pengertian dan definisi makhluk sosial menurut para ahli:


Dr. JOHANNES GARANG
Makhluk sosial adalah makhluk berkelompok dan tidak mampu hidup menyendiri.

NANA SUPRIATNA
Makhluk sosial adalah makhluk yang memiliki kecenderungan menyukai dan membutuhkan kehadiran sesamanya sebagai kebutuhan dasar yang disebut kebutuhan sosial (social needs)

WALUYO
Makhluk sosial adalah makhluk yang selalu berinteraksi dengan sesamanya, saling membutuhkan satu sama lain.

ARISTOTELES
Makhluk sosial merupakan zoon politicon, yang berarti menusia dikodratkan untuk hidup bermasyarakat dan berinteraksi satu sama lain

MOMON SUDARMA
Makhluk sosial merupakan makhluk yang dalam kesehariannya sangat membutuhkan peran makhluk yang lainnya.

MUHAMMAD ZUHRI
Makhluk sosial adalah makhluk yang tidak akan sanggup hidup sedniri, selalu bergantung pada orang lain dan apa yang dibutuhkannya dalam hidup juga dibutuhkan pula oleh orang lain


DELIARNOV
Makhluk sosial adalah makhluk yang mustahil dapat hidup sendiri serta membutuhkan sesamanya dalam melakukan aktivitas sehari0hari

LITURGIS
Makhluk sosial merupakan makhluk yang saling berhubungan satu sama lain serta tidak dapat melepaskan diri dari hidup bersama.

Perwujudan Masyarakat Indonesia Sebagai Makhluk Sosial yang Berbudaya
Mengenai budaya kekerasan, menarik apa yang disampaikan James Q. Wilson dan George Kelling dengan teorinya “broken windows”. Wilson dan Kelling berpendapat, bahwa kriminalitas merupakan akibat tak terelakkan dari ketidak teraturan. Diilustrasikan dengan sebuah jendela rumah pecah dan dibiarkan saja, siapapun yang lewat cenderung menyimpulkan bahwa rumah itu tidak ada yang peduli serta rumah itu dianggap tidak berpenghuni. Dalam waktu singkat akan ada lagi jendelanya yang pecah, dan akhirnya berkembang menjadi anarkhi yang menyebar ke sekitar tempat itu. (Malcolm Gladwell; 2003).
Memakai teori “broken windows” Wilson dan Kelling, untuk melihat kasus-kasus kekerasan yang terjadi belakangan ini, dapat memberikan pengertian bahwa setiap aksi kekerasan selalu saja berbuntut dan berulang dalam waktu yang tidak lama. Sangat mudah menyebar dan cepat menjalar terjadi di daerah-daerah lain. Persis sama dengan kasus penyerangan anggota JAI, yang dimulai dari kasus Cikeusik, selang waktu tidak lama juga terjadi di Temanggung. Tidak lama kemudian kasus yang sama juga terjadi di Bangil Pasuruan, tetapi kali ini bukan JAI, melainkan Pesantren YAPI.
Kasus kekerasan yang telah berkembang dan mendarah daging dalam lingkungan masyarakat kita patut untuk diwaspadai. Karena masyarakat kita telah latah atau ikut-ikutan menuruti hawa nafsu mereka tanpa mereka pikirkan dengan masak-masak.
 Jika ingin menyelesaikan persoalan janganlah menggunakan sistem kekerasan karena ini dapat menimbulkan banyak masalah dan berdampak buruk bagi masyarakat.
Pemerintah dapat mengurangi aksi kekerasan jika ketat mengawasi massa yang bertindak anarkis serta memberikan Peace Education untuk memberi kesadaran kepada masyarakat bahwa cara terbaik untuk mencari solusi atas masalah dengan jalan damai tanpa menggunakan jalan kekerasan yang akhirnya memberi kerugian pada semua masyarakat.
Masyarakat akan jauh senang menerima tindakan baik dan damai sehingga tidak ada lagi perselisihan antara kubu masyarakat.



Nama : Sabar Dwi Prayogo
Kelas : 2SA01
NPM : 16611533

Tidak ada komentar:

Posting Komentar